Financeroll – Sepanjang pekan Rupiah menguat cukup signifikan, dimana
laju nilai tukar per dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah mampu bertahan
di bawah kurs Rp12.100.
Penguatan rupiah atas dolar AS sepanjang
pekan ini, terjadi setelah pelaku pasar masih merespons banyaknya
sentimen positif di awal pekan. Diantaranya rilis kenaikan suku bunga
LPS 25 bps, dan pemberitaan optimistis kenaikan cadangan devisa di
negara-negara Asean, termasuk Indonesia.
Apresiasi rupiah turut
ditopang dengan dimulainya penerapan UU larangan ekspor mineral mentah
yang tidak terlalu mendapat respons negatif. Menyusul adanya dispensasi
pemerintah untuk perusahaan yang berkomitmen mengembangkan smelter, di
samping itu dan rilis melemahnya data nonfarm payrolls AS.
Adapun
sentimen yang melemahkan rupiah pekan kemarin, adalah adanya pernyataan
sejumlah petinggi bank sentral AS the Federal Reserve Atlanta,
Philadelphia, dan Dallas, yang igin melanjutkan kebijakan pengurangan
stimulus (tapering off).
Ditambah lagi, rilis kenaikan di atas
estimasi pertumbuhan retail sales, chain store sales, dan business
inventories AS, positifnya rilis data AS berupa kenaikan NY empire state
manufacturing index, MBA mortgage application, serta laporan Beige book
The Fed.
Di sisi lain, laju yen masih melemah hingga akhir pekan
dengan rilis data Jepang yang kurang baik. Begitupun dengan mata uang
poundsterling dan euro yang sedikit melemah, dengan adanya rilis
kenaikan inflasi Jerman. Di samping itu penurunan balance of trade
Italia, sehingga membuat laju mata uang dolar AS menguat.
Post a Comment